Minggu, 27 Oktober 2013

Instrument Engineer?

Jumat, 25 Oktober 2013
TF – 4001 Kapita Selekta
Alumni Teknik Fisika 2005
Ka Fikri Muhammad Hernawan
Instrument Engineer – Onshore ConocoPhillips Indonesia

Kali ini, kelas kapita selekta dibawakan oleh ka Fikri dengan judul “Do You Really Want to be an Instrument Engineer?”
Seorang instrument engineer memiliki pekerjaan sebagai berikut:
- Mengurusi Instrumentasi
- Mengurusi DCS, PLC

Di Conocco, pekerjaan seorang instrument engineer dibagi dalam 4 bagian, yaitu project, trouble shooting, day to day operation, dan study.
1.      Project
Terdiri dari design, installation, dan commissioning
Di Conocco, proyek dibagi menjadi 3, yaitu:
Proyek kecil, yaitu proyek dengan budget kurang dari US$ 500.000
Proyek sedang, yaitu proyek dengan budget antara US$ 500.000 – US$5.000.000
Proyek besar, yaitu proyek dengan budget lebih dari US$  5.000.000
Jika menangani proyek, tentu uang yang didapat akan besar, namun tantangannya pun besar, karena harus memperhitungkan banyak hal dan membuat desain/rancangan yang terbaik untuk fungsi yang diinginkan.

2.      Trouble Shooting (Analyzing & Solving Problems)
Trouble shooting merupakan menyelesaikan permasalahan teknis yang terjadi di lapangan dengan meninjaunya langsung ke lapangan. Pekerjaan di lapangan akan sangat berbeda dengan di kantor. Jika terjun dalam trouble shooting akan banyak belajar alat riil, disini tantangannya cukup besar dan pengalaman yang didapat akan banyak karena langsung mengamati alat riil.

3.      Day to Day Operation (Sizing, Reviewing, Suggesting)
Pekerjaan operasional keseharian tentu saja ada, dalam produksi dilakukan operasional harian. Sebagai instrument engineer jika bekerja di bagian ini ga enaknya harus 24 hours on call. Namun enaknya bagian operation, gak cepat bosan karena bisa jalan2 ke lapangan, gak hanya diam di kantor Jakarta saja.

4.      Study(Assesment, Calculation, Optios)
Pada bagian ini tugasnya ialah melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimasikan sistem dan kinerja peralatan yang sudah ada.

Ini merupakan contoh-contoh peralatan instrumentasi
- Pressure Instrument (transmitter, switch & gauge)
- Temperature Instrument (transmitter, switch & gauge)
- Level Instrument (transmitter, switch & gauge)
- Control valve (linear, equal percentage & quick opening)
- Actuated Valve (ESDV, BDV, SOV, HIPPS high integrity pressure protection system)
- Well head control panel
- Boiler, BMS Control, WHB and etc.
- Relief valve

Pada Wellsite Area dimana minyak mentah mulai diambil dari sumur bertekanan tinggi, ada sistem instrumentasi dengan urutan:
PI(Pressure Indicator, u/monitoring) - Well (pressurenya sangat besar) –master valve –wingvalve  – choke valve (mencekik) – PIC (Pressure Control) –PSH/L – WHCP – KO POT
Fungsi masing-masing bagian spesifik dan tujuannya untuk keamanan. Untuk sistem monitoring digunakan SCADA untuk monitoring dan control jarak jauh, sehingga tidak perlu datang ke wellsite area. Ruang kontrol dapat berada bahkan hingga 5 km dari wellsite area.

Pada Inlet Separator Area dilakukan pemisahan antara gas, minyak dan air. Di bagian ini perlu level instrument, karena separator akan memisahkan gas, oil, dan water. Digunakan valve untuk mengatur ketinggian separator dan sistem protection (safety system).

Berikut, ka Fikri menceritakan experiences yang ia dapat selama bekerja di ConocoPhillips:
-Commissioning Suban Bypass (add 40 MMSCFD)
-Suban Compressor Upgrade
- Letang and Suban SCADA
-Sumpal 6 HIPPS
- Grissik H2S Analyzer
-Suban and Grissik CO2 Analyzer
-Suban HCDP Analyzer
-Rawa and Suban Fuel Gas Conditioning
-Grissik Waste Heat Boiler Modification

-Grissik Amine Heater

Kamis, 24 Oktober 2013

Kenyamanan Akustik pada Bangunan Perkantoran


Peninjauan akustik pada sebuah bangunan biasanya hanya mendapat sedikit bahkan tidak mendapat perhatian pada tahap perencanaan dan desain. Fungsionalitas dan estetika dari suatu tempat yang menjadi fokus utama dari perancang. Menyediakan lingkungan yang nyaan bagi pekerja memberi kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan performa pekerja dan mengurangi tingkat absen Kenyamanan tempat kerja merupakan kombinasi dari faktor-faktor yaitu daylighting, electric lighting, indoor environmental quality, termal, dan akustik. Ketidaknyamanan pada suatu lingkungan kerja dapat bersumber dari noise diluar, peralatan mekanikal (HVAC), mesin fotokopi, telepon, dan suara obrolan pekerja lain.

Untuk mengatasi kekurangan peninjauan akustik pada tahap pembangunan akibat keterbatasan dana, disarankan untuk mempekerjakan tim pendekatan desain secara terintegrasi. Beberapa permasalahan akustik yang sering muncul ialah:
-          Terlalu banyak noise dari lingkungan luar bangunan yang masuk ke dalam bangunan.
-          Terlalu banya noise dari dalam bangunan
-          Kekurangan pengendalian suara pada tempat tersebut tersendiri.
Noise pada tempat kerja seperti disebutkan di atas, biasanya tidak sampai pada tingkat berbahaya bagi pendengaran manusia, namun, noise tersebut mengganggu konsentrasi dari pekerjaan dan mengurangi keidealan suatu lingkungan kerja.

Lingkungan akustik yang memuaskan sebenarnya berasal dari pengetahuan kondisi di luar gedung. Dibutuhkan peninjauan dalam memilih tempat untuk membangun kantor:
-Hindari membangun situs pada area dengan noise yang tinggi –dekat bandara, jalan tol, pabrik, dan jalur kereta.
- Pastikan kecocokan dengan fasilitas sekitar yang telah ada –jangan membangun perkantoran pada area industri sebagai contoh.

Penentuan apa yang akan dibangun di masa depan pun sangat mepengaruhi kondisi akustik kelak, karena jika di masa yang akan datang akan dibangun suatu fasilitas yang mengganggu kualitas akustik lingkungan kantor, akan perlu dilakukan peninjauan khusus untuk mengatasinya.

Jika suatu situs sudah ditentukan oleh karena faktor-faktor lain dan terlalu berisik untuk suatu gedung kantor, perlu dilakukan:
-          Pengendalian suara yang sesuai
-          Menghindari package terminal air conditioners (PTAC)
-          Mengorientasikan tempat yang butuh ketenangan jauh dari sumber keributan luar.
Untuk melindungi ruang yang ingin diutamakan ketenangannya dilakukan penempatan ruang yang tidak sensitif jika terkena keributan dekat dengan sumber keributan, misalnya toilet dan ruang kontrol mekanik dan listrik dekat dengan jalan raya. Dengan demikian ruang yang membutuhkan ketenangan dapat dikelilingi oleh ruang-ruang yang kurang sensitif terhadap keributan.

Peninjauan kebutuhan lingkungan Open Office

Lingkungan kerja terbuka ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan ruang-ruang kantor tertutup dengan adanya penggunaan partisi dengan ketinggian rendah. Partisi ini digunakan untuk membentuk ruang kerja individu. Penerapan hal ini mengurangi penggunaan dana secara signifikan, sehingga banyak diterapkan di perkantoran modern. Dengan diterapkannya lingkungan kerja terbuka, muncul berbagai persoalan akustik yang menyebabkan distraksi, stress, dan interferensi pada percakapan telepon dan pekerjaan rutin. Hal ini tentu mempengaruhi produktivitas pekerja dan perlu ditangani secara khusus.
Ketidaknyamanan ini disebabkan speakerphones, rendahnya ketinggian partisi, dering telepon, mesin copy yang berisik, dan obrolan pegawai kantor lain.

Solusi untuk masalah-masalah tersebut:
-          Penggunaan langit-langit yang memiliki noise reduction coefficient (NRC) 0,75
-          Pemilihan partisi dengan tinggi minimal 60 inci dan memiliki permukaan yang menyerap suara pada kedua sisinya.
-          Hindari menempatkan lampu dengan armaturnya tepat di atas partisi, karena akan memantulkan dan menyebarkan suara.
-          Lokasikan mesin copy di ruangan yang terpisah.

Idealnya, lingkungan kerja dapan memberikan pekerja kontrol terhadap temperatur, pencahayaan, dan akustik secara pribadi.

Referensi & sumber:

Kamis, 03 Oktober 2013

Manajemen Aset Pembangkitan PLN KITSBU

Jumat, 27 September 2013
TF – 4001 Kapita Selekta
Alumni Teknik Fisika 1999
Bapak Yusvi Adi Mustafa
Manajemen Aset Pembangkitan

Tulisan ini mengenai resume kuliah kapsel mengenai implementasi manajemen aset pembangkitan pada PLN KITSBU yang pada Jumat lalu tidak dapat saya hadiri, namun saya merangkumnya dari informasi yang saya dapat dari teman-teman.
PLN merupakan perusahaan listrik negara yaitu satu-satunya perusahaan yang menjual listrik langsung kepada konsumen. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau membutuhkan pasokan listrik yang besar dan menyebar. Kini masih banyak pelosok tanah air yang belum dapat merasakan manfaat listrik bagi kehidupan mereka.
Manajemen aset merupakan hal yang penting dalam pengembangan PLN. Aset bukan hanya mengenai barang, namun aset berupa sumber daya manusia. Selain maintenance aset diperlukan pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia yang bekerja di PLN.
PLN bergerak pada 5 bidang bisnis yaitu:
1.      P3B (Pengaturan dan Penyaluran beban)
2.      Wilayah Distribusi
3.      Pembangkitan
4.      Supporting
5.      Subsidiary
Pada bagian P3B digunakan tegangan tinggi yaitu 150kV. Pada penyaluran, listrik yang berasal dari PLN yang diterima oleh konsumen hanya 88.7%, sedangkan 8% lost dari disipasi daya, dan sisanya merupakan lost nonteknis (ilegal). Pada wilayah distribusi, PLN mengatur distribusi listrik dimana penggunaan tegangan turun menjadi 20kV.
Bagian pembangkitan merupakan hal yang paling menarik bagi saya. Pembangkitan listrik bersumber dari berbagai energi, dan kegiatan pembangkitan pun tidak selalu secara langsung dilakukan oleh pihak PLN, pihak swasta pun boleh membangkitkan listrik lalu listriknya kemudian dijual ke PLN. Dalam menerima penjualan listrik ini, PLN memiliki standar-standar yang harus dipenuhi, maka digunakanlah besaran-besaran seperti EAF (Energy Availability Factor), EFOR (tingkat gangguan) dan STOF(gangguan tak terduga).
Pada bagian supporting PLN terdapat PUSDIKLAT dan LITBANG dimana kedua lembaga ini menopang pelatihan, penelitian dan keperluan pendukung PLN dalam menjalankan bisnisnya. Sedangkan pada bagian subsidiary yaitu anak perusahaan PLN seperti Indonesia Power yaitu merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sejenis yang berinduk pada PLN.
Kelima bisnis PLN tersebut telah mencakup seluruh proses sejak dari pembangkitan listrik hingga penjualan listrik. Dalam pembangkitan, PLN memprioritaskan sumber-sumber pembangkitan murah dan ramah lingkungan. Di kesehariannya pembangkit tenaga air dan tenaga geotermal menjadi prioritas, lalu disusul oleh penggunaan gas, batu bara, dan minyak bumi jika kebutuhan konsumen belum terpenuhi oleh pembangkit tenaga energi terbarukan.

PLN kerap kali menghadapi masalah, kurangnya unit pembangkit bersamaan tingginya permintaan konsumen sehingga terjadi krisis akibat ketidakseimbangan demand dengan supply. Krisis ini menyebabkan diberlakukannya pemadaman bergilir. Hal ini tentunya perlu diatasi, oleh karena itu manajemen aset menjadi sangat penting. Dengan maintenance alat yang baik dan pengelolaan sumber daya manusia yang terus ditingkatkan niscaya pelayanan PLN akan terus membaik dan memenuhi permintaan masyarakat.

oleh:
Ivan Stefanus
Teknik Fisika ITB 2011
13311076